Rabu, 10 Desember 2014

bolehkah saya memilih ego?

Beneran..
Emosi tadi malem masih kebawa sampai pagi ini. Gara-garanya adalah paper untuk ujian yang terlambat dikumpulkan oleh teman satu kelompok. Yang bikin gondok setengah hidup adalah saya harus ikut bertanggung jawab atas ketedorannya. Paper itu sudah selesai satu minggu yang lalu. File di laptop dia, sudah diingatkan untuk mengumpulkan pada waktunya tapi tidak dikumpulkan tanpa alasan apapun!
Dosen memperbolehkan kami ikut ujian asalkan masing2 anggota kelompok mendapatkan tanda tangan atau semacam surat rekomendasi dari rama rektor (rama pemimpin asrama). Saya mungkin tidak bijak ketika mengatakan "kok saya harus ikut bertanggung jawab atas kesalahannya?!" tapi itu harus saya katakan. Saya benar - benar ingin memenangkan ego saya tapi saya harus berbenturan dengan "tanggung jawab" atas perutusan saya untuk kuliah. 
Kalau penderitaan orang lain sudah kewajiban setiap manusia untuk ikut menanggungnya sebagai bentuk belarasa, tapi kesalahan? Opo yo harus ikut menanggungnya? Apa ya saya harus merefleksikan ini seperti Yesus yang ikut menanggung dosa manusia? ckckckckkck berlebihan sekali saya.. 
Sebenarnya bukan hal yang sulit untuk bertemu rama rektor dan meminta tanda tangan. Paling cuma siap - siap saja kuping panas, tapi ini soal haruskah saya menekan rasa saya? Saya seperti harus mengakui sebuah kesalahan yang tidak saya lakukan. OKlah saya frater yang harus belajar untuk bijaksana, tapi bukankah bijaksana itu harus tumbuh dari hati, tidak ada tekanan dan tulus... Saat inipun saya jadi mikir, bijak atau tidak, saya nulis ini di blog.. ahhh terserahlah mau dianggap bijak atau tidak...
entah akhirnya apa yang akan saya menangkan. Saya masih punya waktu seharian ini. kalau saya menagkan ego berarti saya tidak ikut ujian, kalau saya menangkan tanggung jawab berarti saya harus menekan perasaan (aiiihh kutu kupret dengan rasa!). Tapi apapun yang nanti akan saya pilih , saya tetap akan berada di tempat yang tidak nyaman...
sekarang jadi tahu kan, kalau frater itu masih semacam manusia biasa ? :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar