Kamis, 11 Desember 2014

ada ego, ada tanggung jawab tapi masih ada akal...

yaappp masih tentang memenangkan ego atau tanggung jawab...
kemarin sore akhirnya saya menemui Rama Rektor. Beliau yang biasanya "sangar" entah kenapa kemarin terlihat "sangat menyenangkan". Beliau mendengarkan setiap kalimat saya tanpa emosi berlebih dan ketika saya mengatakan

 " mo boleh tidak, saya memenangkan ego saya. Saya besok pagi tidak mau ikut ujian, saya mau mengulang kuliah ini tahun depan.."
Saat itu saya sudah siap untuk mendengar kotbah panjang lebar dan siap untuk "gontok2an". Tapi apa yang disampaikan rama justru sebaliknya.Rama Rektor mengijinkan saya untuk tidak ikut ujian, menghormati keputusan saya termasuk menerima konsekuensi dari komunitas ataupun staf. Kalau istilahnya beliau, "kamu sudah siap dengan segala penilaian tentang kamu yang akan kamu terima". beliau tidak akan membenarkan saya ataupun menyalahkan saya kalau masalah ini di bawa dalam rapat staf, tapi akan mengatakan apa adanya yang sudah saya katakan.
Namun romo kemudian memunculkan satu kata yaitu akal.

"Akalmu saat ini berbenturan dengan emosi yang lebih ingin kamu menangkan itu". "Kamu bisa merenungkan lagi, apa yang kamu dapat kalau memenangkan ego atau rasamu, dengan apa yang akan kamu dapat kalau kamu memenangkan akalmu".

Saat itu, saya mulai goyah tapi tetap pada pendirian  untuk tidak ikut ujian, memenangkan ego dan rasa. Obrolan berlanjut, sampai ketika saya pamit , Rama Rektor kembali bicara;

"Kalau tanganmu terkena pisau, teman angkatamu tidak bingung po?tidak ikut merasa sakit po? terus kalau kamu besok tidak ikut ujian mereka tidak merasa sakit po?"

Kalimat Rama itu, membuat badan saya tiba - tiba lemas (ok saya mulai menahan air mata ketika menuliskan bagian ini..). Saya lupa bahwa ada "keponakan-keponakan" di angkatan yang sekuat tenaga menjaga saya. Saya tidak peduli apakah mereka akan ikut tersakiti atau tidak kalau saya tidak ikut ujian, tapi saya merasa saya masih memiliki mereka untuk mengatakan setiap ketidaknyamanan saya. 
Setelah itu saya minta waktu satu malam untuk memikirkan keputusan saya. Beliau berkata " Aku dari pagi pergi, mimpin misa pagi terus ke muntilan sampai siang. Kalau kamu berubah pikiran, letakkan surat untuk aku tandatangani di depan pintu. Aku akan menyempatkan diri pulang sebentar."
Dan akhirnya, saya baru saja selesai ujian, lumayan lancar walaupun baru belajar tadi pagi setelah mengambil lagi surat yang saya letakkan di depan kamar Rama Rektor. Hari ini saya kembali mengalahkan ego saya untuk sebuah permenungan bahwa saya tidak sendiri..

ok Now, I'm cry......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar