Senin, 20 Oktober 2014

Siapa Stevi ? (mengingat siaran)

Ini terjadi ketika dulu saya siaran... :)

            Suatu ketika, saya diberi program baru oleh radio. Sebenarnya hanya sebuah acara request lagu – lagu Indonesia yang baru tapi karena durasinya selama 3 jam, ada beberapa konten yang dimasukkan di dalamnya. Salah satunya curhat melalui sms yang saya beri nama kamar 109. Nomor 109 ini sesuai dengan frekuensi radio tempat saya siaran. Sebagai program baru, acara ini mendapat respon yang sangat baik, terbukti dengan sms yang mencapai jumlah ratusan.
            Acara ini juga mempunyai banyak pendengar tetap yang selalu sms setiap saya siaran. Salah satu pendengar tetap ini bernama stevi. Suatu ketika dia bercerita mempunyai penyakit yang berat yaitu jantung.. Dalam smsnya dia mengaku sebagai pelajar sebuah SMK di jogja tapi berasal dari Bandung. Saya bukan tipikal penyiar yang langsung menanggapi pendengar diluar siaran. Karena dari pengalaman, kadang ketika terlalu dekat dengan pendengar justru merepotkan (maap). Pernah suatu ketika Stevi sms, mendengarkan saya dari rumah sakit karena jantungnya kambuh. Inipun juga hanya saya tanggapi dengan menyapanya ketika siaran. Hingga pada suatu malam salah satu pendengar yang mengaku temannya mengatakan via sms kalau Stevi ingin bertemu dengan saya. Teman yang lain lagi mengatakan waktu hidup Stevi tidak lama lagi dan satu – satunya orang yang ingin dia temui adalah saya. Saya sempat bingung saat itu, kemudian saya mencoba menelpon nomor sms itu tetapi tidak diangkat. Bahkan ada satu orang yang mengaku sebagai kakaknya sms meminta saya untuk menemui stevi. Nomor inipun sulit dihubungi. Sampai akhirnya saya putuskan untuk tidak menghiraukan sms-sms ini.
            Saya ingat malam itu hujan mengguyur Jogjakarta deras sekali. Setiap kali hujan seperti ini, saya selalu berusaha untuk lebih bersemangat siaran, dengan memutarkan lagu – lagu terbaik, memilih informasi yang paling menarik dan berbicara sebaik mungkin. Karena menurut saya pada saat hujan orang – orang banyak yang lebih suka berada di kamar dan mendengarkan radio. Seperti biasanya, malam itu saya menerima banyak sms. Tapi ada sebuah kejanggalan karena saya menerima puluhan sms dari nomor yang berbeda, mengucapkan kata-kata kehilangan dan selamat jalan untuk Stevi yang sudah meninggal. Saat itu saya langsung berfikir bahwa stevi yang sakit jantung itulah yang meninggal. Ada rasa bersalah dalam hati saya karena saya tidak pernah mengabaikan pendengar saya ini. Saya tidak berusaha untuk menemuinya ketika sakit.
            Kemudian disela – sela siaran,  saya mencoba menghubungi nomor – nomor yang meng sms itu melalui telepon kantor. Hasilnya, tidak ada yang mengangkat bahkan nomornya mati. Saya kemudian mencoba menelusuri file sms yang pernah masuk, dan menemukan nomor yang mengaku sebagai kakaknya. Saya menghubungi nomor itu tersambung tapi tidak diangkat. Dari sini saya kemudian mulai curiga dengan peristiwa kematian ini. Kenapa tidak ada satupun nomor yang bisa dihubungi, padahal tersambung. Sampai kemudian dari file – file sms,  saya menemukan nomor stevi. Saya pun menghubungi nomor itu dan diangkat, di terima oleh suara laki – laki. Ketika saya mencoba bertanya apakah saya dapat bertemu stevi, lelaki itu menajwab tetapi tidak begitu terdengar karena tertutup suara air hujan dan sambungan terputus. Saya kemudian menelpon lagi, tetapi nomor itu mati.
            Saya pulang siaran dengan perasaan tidak nyaman. Kembali saya merasakan rasa bersalah sekaligus rasa janggal. Hingga akhirnya saya putuskan untuk datang ke sekolah stevi pagi harinya.  Pagi hari sebelum ke sekolah stevi, saya  ke kantor radio dan tanpa sengaja saya bertemu dengan saudara seorang teman kantor yang ternyata sekolah di tempat stevi sekolah. Lalu saya bertanya kepadanya apakah ada teman sekolahnya yang baru saja meninggal karena penyakit jantung. Dan jawabannya adalah “Tidak!!”. Fiiiuuuuhhhhh saat itu saya seperti merasa sedang shooting sinetron dan sutradara berteriak “ Cut, bungkusssss!!”. Kemudian lampu lampu dipadamkan. Ya, saya merasa seperti baru saja menjadi pemeran utama dalam sebuah cerita tanpa saya tahu siapa yang menjadi sutradanya.

Menurut  saya, ada seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengerjai saya entah dengan maksud apa. Yang pasti orang ini niat sekali, karena puluhan nomor yang berhubungan dengan stevi ini berbeda. Sampai saat ini saya juga tidak mendatangai sekolah yang disebutkan sosok stevi ini, untuk mendapatkan kebenarannya. Tidak ada juga orang yang mencari saya sehubungan dengan stevi. Saya tidak tahu apakah cerita stevi ini benar atau rekayasa. Tapi kalau benar, semoga stevi bahagia di sisinya dan memaafkan saya karena saya tidak pernah menghiraukannya. 

-sekedar senggang-